Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

​​Pewakaf Rumah untuk Kemerdekaan: Syekh Faradj Bin Martak

Sumber : http://Nasional.okezone.com

Teks Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) diucapkan di sebuah kediaman bernomor 56 di Jalan Pegangsaan Timur, Cikini, Jakarta. Meskipun demikian, tidak banyak yang menyadari bahwa rumah yang diberikan untuk peristiwa penting ini adalah sumbangan dari Syekh Faradj bin Martak.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, sebuah pertemuan penting diadakan. Pada pukul 10 pagi, pemimpin nasional Soekarno dan Mohammad Hatta berkumpul bersama beberapa anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Mereka membahas nasib Indonesia di tengah perang dunia dan situasi yang rumit.

Sumber : https://bit.ly/3YF2mqV

Syekh Faradj adalah seorang cendekiawan agama yang dilahirkan di Hadramaut, bagian selatan Yaman. Putranya, yang melanjutkan usaha keluarga, yaitu Ali bin Faradj Martak, memiliki hubungan erat dengan tokoh Soekarno. Beberapa kekayaan yang dimiliki oleh Syekh Faradj juga memiliki ikatan yang kuat dengan jejak sejarah Indonesia.

Faradj juga merupakan pedagang berkecukupan  yang makmur pada masanya. Ketika ia masih muda dan berangkat merantau ke Indonesia guna berbisnis, dia merasakan kedekatan yang mendalam terhadap negeri ini. Semangat nasionalismenya luar biasa. Pada tahun 1934, dia membeli rumah di Pegangsaan Timur, kemudian ia menghibahkan rumah itu kepada Bung Karno pada tahun 1945. Di tempat inilah pertama kali Bendera Pusaka Kebangsaan Indonesia yang dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Faradj juga membantu Bung Karno di saat Bung Karno sedang. Ia sebenarnya dalam keadaan yang kurang baik karena sedang mengalami serangan malaria. Suhu badannya sangat tinggi, bahkan untuk berjalan saja terasa sangat berat. Terlebih lagi, malam sebelumnya, di kediaman Laksamana Tadashi Maeda, Bung Karno dan orang lainnya harus begadang demi menyiapkan naskah proklamasi. Kondisi tubuhnya semakin lemah.

Pada saat itu, Faradj mendekati Bung Karno, sekitar pukul 06.00 WIB. Ia membawa sebotol madu Arab yang ia percayai memiliki manfaat penyembuhan. Setelah mengkonsumsinya, Bung Karno kembali tidur dan bangun saat sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB. Bung Karno kemudian bersiap-siap dan mengumumkan kemerdekaan. Hubungan di antara mereka kemudian semakin kuat. Hingga Indonesia merdeka, Bung Karno tidak pernah melupakan bantuan yang diberikan oleh Faradj.

Atas kontribusinya, pemerintah RI pernah mengungkapkan rasa terima kasih dan penghormatan kepada Syekh Faradj. Pengungkapan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950, yang ditandatangani oleh Ir. HM Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia. Dalam upacara apresiasi itu juga diungkapkan bahwa Syekh Faradj telah menyumbangkan beberapa bangunan berharga lainnya di Jakarta yang memiliki peran penting dalam kelahiran Republik Indonesia.

Namun, disayangkan, rumah bersejarah tersebut kini telah hilang tanpa sisa karena diubah atas permintaan Bung Karno pada tahun 1962. Di area tersebut, dibangun Gedung Pola sekaligus tempat  dimana Bung Karno dan Bung Hatta berdiri bersama dijadikan Monumen Tugu Proklamasi. Sejak saat itu, Jalan Pegangsaan Timur berganti nama menjadi Jalan Proklamasi


Refrensi : 

https://langit7.id/read/20377/1/syekh-faradj-martak-pewakaf-rumah-untuk-proklamasi-kemerdekaan-ri-1659920911https://www.neliti.com/id/publications/17978/

Yulianti, Iing, Yeni Kurniawati Sumantri, and Afis Winarko. "ENRICHMENT MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH TENTANG PERANAN PERANAKAN ARAB PADA MASA PERGERAKAN KEMERDEKAAN."

Nabhan, Hamid. Ziarah Sejarah: Mereka Yang Dilupakan. Garudhawaca, 2022.


Post a Comment for " ​​Pewakaf Rumah untuk Kemerdekaan: Syekh Faradj Bin Martak"