Hikayat Abu Nawas | Menemukan Kepuasan Dalam Cukup
Kebahagiaan dunia dan akhirat terletak pada lima hal :
Kaya hati, Tidak mengganggu, Penghasilan halal, Hati yang tertutup pakaian takwa dan Yakin dengan Allah dalam setiap kondisi.” Imam Asy-Syafi
Berbicara mengenai kepuasan untuk mencapai kebahagiaan, tidak jarang kita terperangkap dalam siklus tanpa akhir untuk mencari lebih banyak. Namun, ada kebijaksanaan dalam mencapai kebahagiaan dengan cukup. Orang yang bahagia seringkali memiliki pemahaman yang mendalam tentang apa yang cukup bagi mereka.
Orang yang mencukupi untuk bahagia memiliki sikap yang berbeda terhadap kehidupan. Mereka mengenali bahwa kekayaan sejati bukanlah sekadar harta benda, melainkan dalam merasakan kedamaian batin. Mereka mengejar tujuan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka, dan itu memberi mereka kepuasan.
Kali ini akan membahas mengenai ceritakan Abu Nawas dan makna dari rasa cukup yang membahagiakan. Abu Nawas sendiri merupakan seorang tokoh klasik dalam literatur Timur, Abu Nawas terkenal karena kejenakan dan humor cerdiknya. Abu Nawas sering muncul dalam cerita-cerita dari “1001 Malam” dan banyak kisah beredar tentangnya dalam karya-karya penulis Arab dan Persia. Semoga dari cerita kali ini, kita bisa mengambil hikmahnya. Berikut kisahnya :
Di bawah pohon yang rindang, Abu Nawas sedang duduk santai sambil menikmati pemandangan indah rumahnya, tiba-tiba muncullah temannya sebut saja Hamid namanya. Hamid datang dengan muka masam sambil memegang kepalanya.
“Wahai Hamid !! Kenapa mukamu kusut sekali ?” Tanya Abu Nawas
“Tahukah kamu Abu Nawas, aku ini sedang bingung, hatiku tidak senang melihat rumahku !!” Ujar Hamid
“Ada apa dengan rumahmu wahai Hamid ?”
“Ya itu masalahnya, Aku ingin sekali rumahku megah dan luas, jika kau datang ke rumahku dan membuka pintu depan maka kau langsung akan melihat dapur di sana, aku ingin sekali memiliki rumah yang megah seperti istana”
“Bangun saja, apa susahnya ?” ungkap Abu Nawas sambil tertawa kecil
“Nah itu masalahnya Abu, aku ini tidak punya uang banyak, kau ini kan orang bijak, kepercayaan Sultan Harun Al-Rasyid pastinya kamu punya solusi untuk masalahku ini” Kata Hamid dengan tegas
“Kau ini, baiklah aku akan memberikanmu saran tapi kamu harus berjanji untuk mengikutinya. Pertama apakah kamu punya uang untuk membeli 1 Kambing ?”
“Kalau cuman itu, aku sangat mampu Abu”
Baiklah, belilah 1 kambing dan masukkan ke dalam rumahmu setelah itu, kembali lagi padaku setelah 3 hari"
Setelah mendapatkan nasehat dari Abu Nawas, bergegaslah Hamid pergi ke pasar mencari seekor kambing dan dimasukkannya ke dalam rumah. Sesuai yang dikatakan Abu Nawas, setelah 3 hari Hamid kembali menemui Abu Nawas.
“Hai Saudaraku Abu Nawas, aku sudah melaksanakan saranmu tapi, rumahku menjadi bau karena kotoran kambing. Apa sebenarnya maksudmu itu ?” Tanya penasaran Hamid.
“Wahai saudaraku, kamu akan mengetahuinya nanti, sekarang pergilah membeli 1 ekor kambing lagi dan masukkan kembali kerumaku, setelah itu temui aku lagi setelah 3 hari” Ujar Abu Nawas serius.
Kambali Hamid menuruti perintah Abu Nawas dan pergi ke pasar membeli 1 ekor kambing kemudian, di masukkannya lagi ke dalam rumahnya. Setelah 3 hari kemudian Hamid kembali mendatangi Abu Nawas sembari berkata dengan nada yang sedikit kesal.
“Hai Abu Nawas, sebenarnya apa maksud dari saranmu itu, karena saranmu itu rumahku jadi tambah bau dan sempit !”
“Sabarlah Hamid, kau akan mengetahui maksudku nanti, bukankah kamu percaya padaku.” Jawab Abu Nawas santai.
“Baiklah, setelah ini apa lagi yang harus aku lakukan ?”
“Uangmu masih ada ? Belilah 1 ekor sapi dan masukkan kembali ke dalam rumahmu setelah 3 hari datang lagi ke sini”
Hamid pun menuruti perintah Abu Nawas dan kembali pergi ke pasar untuk membeli sapi walaupun, Hamid pergi dengan bingung dan sedikit kesal. Akan tetapi, kali ini tidak sampai 3 hari Hamid kembali mendatangi Abu Nawas karena sudah tidak tahan dengan 2 ekor kambing dan 1 ekor sapi yang ada di rumahnya.
“ABUU NAWASS !!” Teriaknya kencang.
“Apa maksud semua ini, aku datang kepadamu untuk meminta saran tapi sepertinya kamu mau mengerjaiku..” ungkapnya sangat marah.
“Wahai Hamid, sabarlah bukankan Raja Harun Al-Rasyid. Selalu meminta saranku dan dia percaya.”
“Iya, aku fahma tapi lihat rumahku tambah sempit dan sesak di tambah lagi bau kotoran hewan-hewan itu tidak mau hilang walaupun sudah aku bersihkan.”
“Nah, sekarang pulanglah dan jual 1 ekor kambing, setelah itu kembali ke sini.”
Mendengar itu Hamid bergegas menjual 1 ekor kambing dan kembali menemui Abu Nawas.
“Bagaimana perasaanmu sekarang wahai Hamid ?”
“Wah, rumahku sedikit terasa lega dan bebanku untuk membersihkan kotoran hewan-hewan itu berkurang.” Jawab Hamid senang.
“Kalau begitu besok coba kau jual lagi 1 ekor kambing dan kembali ke sini.”
Keesokan harinya Hamid datang kembali ke rumah Abu Nawas sembari tersenyum.
“Wahai Saudaraku, bagaimana keadaan rumahmu sekarang ?”
“Rumahku terasa lebih luas dan tidak terlalu sempit dan istriku juga tidak banyak protes lagi.”
“Baiklah, aku senang mendengarnya. Besok jualan sapi itu dan temui aku lagi.”
Keesokan harinya Hamid datang dengan muka sangat bahagia menuju rumah Abu Nawas.
"Wahai, Saudaraku rumahku sekarang terasa sangat luas, tidak ada lagi bau busuk yang menyengat. Aku dan istriku merasa rumah kami cukup untuk saat ini."
Dari kisah ini, kita bisa belajar semua orang memiliki kemampuan untuk mengubah warna kehidupan mereka. Dalam cerita kehidupan ini, kita dapat menjadi pelukis dan memilih warna-warna yang akan menghiasi kanvas kita. Dengan pandangan positif dan pemahaman tentang emosi, kita dapat berusaha untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia dan penuh makna.
(Bustanul Arifin karya An-Nawawi hlm 113, Dar al-Minha)
Post a Comment for "Hikayat Abu Nawas | Menemukan Kepuasan Dalam Cukup"