Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pahlawan Nasional Pendiri Republik Indonesia | kisah K.H. Agus Salim

Sumber : https://bit.ly/3sRogeV

Kyai Haji Agus Salim, seorang sosok luar biasa dalam sejarah Indonesia, lahir pada tanggal 8 Oktober 1884, di Gadang, Agam, Sumatera Barat. Pada usia muda, dia menunjukkan bakat yang mengagumkan dalam bidang bahasa dan pendidikan. 

Kemampuan Multibahasa yang Luar Biasa 

Sejak usia muda, KH Agus Salim telah menakjubkan dunia dengan kemampuannya menguasai bahasa-bahasa asing. Dia mahir dalam setidaknya tujuh bahasa, termasuk Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jepang, dan Jerman. Kemampuan ini menjadikannya seorang yang berani dalam berkomunikasi dengan berbagai budaya di seluruh dunia. 


Sumber : https://bit.ly/3RjL6pK

Prestasi Pendidikan yang Mengesankan 

Pada tahun 1903, di usia 19 tahun, Agus Salim lulus dari Hogere Burgerschool (HBS) dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota besar, yaitu Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Keberhasilannya dalam pendidikan ini mencerminkan kecerdasan dan semangat belajar yang kuat. 

Peran dalam Pendidikan dan Jurnalisme 

Selama perjalanannya di dunia pendidikan, Agus Salim juga memainkan peran yang penting dalam mendirikan sekolah Islam modern di Indonesia. Dia mendirikan sekolah Islam modern pertama di Malang pada tahun 1912. Selain itu, dia juga menjadi jurnalis aktif dan menerbitkan surat kabar “Pendidikan” untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran progresif pada masanya. 

Perjalanan dalam Diplomasi dan Kepemimpinan 

Kemampuan bahasa dan kepintarannya mengantarkan Agus Salim ke dunia diplomasi. Dia memilih berangkat ke Jedah, Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda di kota itu antara 1906-1911. Pengalaman ini memperluas wawasannya tentang dunia internasional dan diplomasi. 


Sumber : https://bit.ly/3PfDstU

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan 

Setelah kembali ke Indonesia, Agus Salim aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia dalam perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar) yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia. 

Peninggalan dan Pengaruh 

KH Agus Salim meninggal pada tanggal 4 November 1954, tetapi warisannya terus menginspirasi generasi-generasi berikutnya di Indonesia. Kisah hidupnya mengajarkan kita tentang pentingnya pendidikan, kemampuan berbahasa, dan peran yang dapat dimainkan oleh individu dalam mengubah takdir bangsa. Baginya, kecerdasan dan semangat belajar adalah alat yang kuat untuk mencapai cita-cita dan memimpin dalam berbagai bidang, dari pendidikan hingga diplomasi. Agus Salim adalah salah satu contoh nyata bahwa pengetahuan dan dedikasi dapat membentuk perjalanan luar biasa menuju perubahan positif.


Kisah Kyai Haji Agus Salim dan suara "Kambing"

Mengkitip dari buku karangan Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafi'i Maarif yang berjudul "Haji Agus Salim". Dikisahkan, kejadian serupa pernah dialami Agus Salim saat memimpin rapat Sarekat Islam (SI) bersama H.O.S. Tjokroaminoto. Olok-olok suara kambing terdengar ketika Agus Salim hendak berbicara di forum.


Menyikapi hal tersebut, seorang Agus Salim tetap santai dan memulai pidatonya dengan menyapa, “Saudara-saudara dan kambing-kambing yang terhormat. Saya harap kambing-kambing dikeluarkan dari ruangan ini.”

Kisah ini juga di ceritakan oleh Ustad Adi Hidayat dalam ceramahnya yang menceritakan sosok Kiai Haji Agus Salim yang merupakan sosok diplomat hebat, ahli tafsir, ahli Al-quran dan ahli hadis yang percaya diri dengan busana peci dan sarungnya. Saat berangkat ke Eropa tepatnya pada saat ingin berpidato di sidang PBB Ia di cela saat berjalalan ke podium untuk berpidato.


"Embekk, embekkkk" suara ejekan dari peserta sidang yang melihat penampilan dan jenggot beliau. Respon beliau, mengatakan dengan penuh percaya diri dan diucapkan fasih dalam bahasa mereka.


"Tuan-tuan sekalian, pada hari ini saya akan menyampaikan kalimat pidato dan anda semua tahu, bahwa saya mempunyai kemampuan bahasa yang tidak tunggal atas rahmah tuhan kita Allah Subahahu wa ta'ala tuhan kita semua. Maka, pada hari ini jangankan bahasa manusia, bahasa kambing pun akan saya jelaskan. Maka saya mohon maaf pada kalangan kambing yang hadir disidang mulia ini, saya mohon izin menyampaikan dalam bahasa manusia dulu, baru setelah itu saya jelaskan dengan bahasa kambing" ungkapnya jelas


Begitulah cara cerdas Kyai Haji Agus Salim dalam membuat lawannya malu tak berkutik.


Post a Comment for " Pahlawan Nasional Pendiri Republik Indonesia | kisah K.H. Agus Salim "