Apa Itu Zionis | Sebuah Kajian Mendalam tentang Yahudi, Tujuan, & Kontroversi ditanah penuh sejarah
Yahudi dulunya dikenal dengan nama Bani Israil. Bani Israel ini adalah keturunannya Nabi Yaqub Alaihisalam. Nabi Yakub sendiri itu bergelar israil yang artinya adalah “kekasih Allah” dan dia punya 12 anak. Dari empat istri memiliki 12 anak dan salah satunya adalah Nabi Yusuf. Nabi Yusuf dan 11 saudaranya yang lainnya disebut dengan Bani Israil dan dalam sejarah kita sudah tahu juga Nabi Yusuf nanti menjadi bendahara Mesir, kemudian orang-orang Bani Israil nantinya akan masuk ke Mesir lalu beranak pinak di sana.
Singkat cerita, kemudian mereka diperbudak oleh Firaun, lalu Firaun didatangi oleh Nabi Musa dan Harun, maka Nabi Musa dan Harun mengajak Bani Israil untuk pergi dari Mesir untuk menuju ke suatu tempat yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan tertulis dengan jelas di dalam Alquran Ketika Nabi Musa itu datang ke sebuah negeri yang di negeri itu terdapat orang-orang gagah dan besar-besar, inilah yang dinamakan dengan orang-orang filistin yang kita kenal sekarang dengan nama daerah Filistin atau Palestina. Akan tetapi, orang-orang Bani Israil ini tidak mau masuk.
Hal ini dikatakan dalam Al Quran bahwasannya mereka malah mengejek, mereka malah berbuat sesuatu yang tidak pantas kepada Nabi Musa sampai mereka menyakiti Nabi Musa, padahal Nabi Musa sudah menunjukkan Mereka banyak sekali mukjizat dan sudah mengurus mereka tapi ketika mereka diminta untuk berperang masuk ke dalam daerah yang sudah dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala mereka enggan dengan berbagai macam alasan, Dalam Surat Al-Maidah ayat 24, dikisahkan bahwa mereka berkata:
“Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”
Keengganan Bani Israil untuk taat kepada Nabi Musa juga terabadikan dalam Surat Al-Maidah ayat 22 yang artinya:
“Mereka berkata, Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.”
Karena itulah Allah murka kepada mereka dan Allah menyesatkan mereka sebanyak empat masa mereka tidak bisa masuk ke sana dan mereka bisa masuk ketika zamannya nanti Nabi Yusya’ bin Nun, yang menang melanjutkan kepengurusan terhadap Bani Israil setelah Nabi Musa dan Nabi Harun dan itu pun mereka tidak berhenti membuat masalah. Kemudian ingkar terhadap perintah Allah mereka mempermainkan aturan-aturan Allah mereka malah membuat olok-olokan terhadap para nabi dan seterusnya. Singkat cerita Nabi Yusya’ bin Nun, ini membagi tanah terjanji tanah Filistin itu menjadi 12 bagian yaitu merujuk pada 12 Bani Israel atau 12 anak-anak Nabi Yakub sedangkan Yusya' bin Nun sendiri itu menjadi sebuah penengah diantara mereka karena memang urusan mereka senantiasa diurus oleh para Nabi. Akan tetapi, mereka tetap membuat masalah sehingga terbagi dua wilayah-wilayah pertama itu ada kerajaan Israel yang ada di utara wilayah kedua nama kerajaan Yehuda yang ada di sebelah selatan.
Kerajaan Israel memiliki ibukota yaitu Samaria sedangkan ibukota kerajaan Yehuda yaitu Yerusalem. Dalam sejarah mereka terus-menerus berselisih dan konflik satu sama lain. Pada tahun 722 Sebelum Masehi, Kerajaan Asiria, menaklukkan wilayah bagian utara yaitu adalah kerajaan Israel dan ketika dia mau menaklukkan kerajaan Yehuda ternyata kerajaan Asiria ditaklukkan terlebih dahulu oleh Kerajaan Babilonia. Kerajaan Babilonia ini termasuk kerajaan terkenal yang dipimpin oleh raja Nebukadnezar dan pada akhirnya, Nebukad Nezar ini menaklukkan kerajaan Yehuda pada tahun 597 dan pada tahun berikutnya 596 sebelum masehi maka Haikal Sulaiman ini dihancurkan jadi Kompleks Masjidil Aqsa yang sudah dibuat Haikal sama Nabi Sulaiman itu itu dihancurkan sama orang-orang Babilonia dan setelah itu orang-orang Yahudi dibawa ke Babilonia sehingga banyak sekali orang-orang Yahudi yang hilang karena terbunuh, ada yang dibawa sebagai budak pergi ke Babilonia dan mereka disana cukup lama sampai akhirnya kerajaan Babilonia di kalahkan oleh kerajaan Persia jadi kerajaan Persia pada tahun 539 menyerbu Babilonia lalu kemudian Raja Cyrus ini mengembalikan orang-orang Yahudi ke daerah mereka dan mempersilahkan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman yang diselesaikan pada tahun 516 sebelum masehi, pada masa pemerintahannya Darius Agung.
Setelah itu Kerajaan Persia akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Romawi yang menguasai mereka dan ketika Romawi yang menguasai merela yaitu Yahudi tepatnya pada tahun 70 Masehi, meratakan kembali Haikal Sulaiman yang dua kali. Jadi, Haikal Sulaiman yang menjadi Kompleks tempat ibadah yang dibangun oleh Nabi Sulaiman itu hancur pertama adalah pada tahun 596 sebelum Masehi oleh Nebukadnezar atau oleh Kerajaan Babilonia yang kedua oleh itu pada tahun 70 Masehi yang kembali diratakan dan ini semua tidak ada urusan dengan kaum muslimin dan kembali lagi setelah ini mereka diusir semua dari tanah terjanji itu karena permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Dan pengusiran kedua inilah yang dikenal dengan nama “Diaspora”. Jadi mereka pergi melanglang buana ke mana pun, mereka tetap memiliki dendam yang besar terhadap orang-orang Romawi ini, sudah mengusir mereka dari tanah terjanji terus-menerus ini kemudian mereka menjalani kehidupan yang sulit. Yahudi pada saat itu sangatlah terbelakang bahkan dimanapun mereka tidak di terima dan di usir.
Sejumlah poin dari laporan yang disusun Universitas Tel Aviv yakni:
- Di AS, yang mempunyai penduduk Yahudi terbesar di luar Israel, jumlah tindak pidana berbau kebencian terhadap Yahudi di New York dan Los Angeles hampir dua kali lipat dibanding jumlah tahun sebelumnya.
- Di Prancis, jumlah insiden anti-Semit meningkat hampir 75% dibanding jumlah tahun 2020.
- Begitu juga dengan Jerman Australia dan beberapa negara lainnya. Hal inilah semakin melebar hingga dikenal dengan nama gerakan anti-semit atau gerakan anti Yahudi.
Apa itu Antisemitisme ?
Antisemitisme adalah bentuk diskriminasi dan kebencian terhadap orang-orang Yahudi. Ini termasuk prasangka, stereotip, dihina, atau kekerasan terhadap individu atau komunitas Yahudi berdasarkan keyakinan mereka atau keturunan mereka. Antisemitisme telah ada dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah, tetapi diperparah pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 di banyak negara Eropa. Pada masa itu, anti semitisme mengakar di sebagian masyarakat Eropa dan menjadi dasar bagi tindakan diskriminatif dan kebencian terhadap orang Yahudi. Beberapa contoh terkenal meliputi Pogrom Kishinev di kekaisaran Rusia, Dreyfus Affair di Prancis, dan penerapan undang-undang Nuremberg di Jerman Nazi.
Antisemitisme mencapai puncaknya selama Holocaust, ketika rezim Nazi di Jerman melakukan genosida terhadap enam juta orang Yahudi selama Perang Dunia II. Ini adalah salah satu babak paling gelap dalam sejarah manusia. Saat ini, antisemitisme masih ada dan menjadi masalah di beberapa bagian dunia. Organisasi dan individu di seluruh dunia bekerja untuk mengatasi dan melawan antisemitisme serta mempromosikan sikap toleran.
Kelahiran Bapak Zionisme
Pada tahun 1860 lahir seorang pemuda yang nantinya akan menjadi Bapak Zionis namanya adalah Theodor Herzl. Seorang wartawan Yahudi berkebangsaan Austria, lalu pada tahun 1896 ketika dia berumur 36 tahun, Herzel Menulis satu buku yang sangat fenomenal pada zamannya namanya bukunya “Der Judenstaat” atau “Negara Yahudi,” yang diterbitkan pada tahun 1896. Buku ini adalah karya yang menceritakan pandangan Herzl tentang pentingnya mendirikan negara Yahudi di tanah yang akan diakuisisi untuk tujuan tersebut. Karya ini menjadi dasar pemikiran gerakan Zionis modern dan mendorong upaya menuju pendirian negara Israel pada tahun 1948. Tentu saja buku ini sangat ditentang, karena kita sudah paham bagaimana berbagai negara menolak Yahudi. Namun, Upaya-upaya Hezel tersebut ternyata tetap melahirkan berbagai organisasi Zionis yang menerima dukungan finansial dari komunitas Yahudi yang terlibat dalam gerakan Zionis. Lalu pada tahun 1897 diadakanlah sebuah kongres Zionis pertama yang membahas mengenai cita-cita orang-orang Yahudi mendirikan negara sendiri dengan bersatu agar memiliki satu tempat dengan tujuan menempati tanah terjanji dari tuhan mereka yang sebelumnya mereka tolak dan berkali-kali mereka tinggalkan yaitu merebut Negeri Palestina.
Menuju Tanah Terjanji
Pada kongres Zionis pertama yang diadakan di Basel pada tahun 1897 yang pada akhirnya memberikan sebuah kesimpulan bahwa mereka harus mendirikan sebuah negara Yahudi persis seperti yang ditulis oleh Hazel dalam bukunya. Maka mereka mencari tanah untuk mendirikan Negara Yahudi dan tanah yang mereka inginkan pastinya adalah “Tanah Terjanji atau Tanah Kanaan”. Tanah yang sebelumnya dijanjikan oleh Allah ke0ada mereka tapi mereka tolak dan pergi darinya tapi ternyata mereka kembali lagi menginginkannya. Pada Akhirnya mereka datang kepada pemilik tanah terjanji yang mereka inginkan sebagai tempat pendirian negara Yahudi yaitu adalah khalifah kaum muslim, Khalifah Utsmani yang pada saat itu adalah Sultan Abdul Hamid ll. Akhirnya Hazel dan dibantu rekannya dari Polandia menyampaikan keinginan mereka untuk mendapatkan tanah itu. Akan tetapi Sultan Hamid ll menolak dengan keras permintaan itu.
“Aku tidak akan mepaskan Palestina walaupun hanya sejengkal, karena ini bukan milikku ini tetapi milik umat islam. Aku lebih rela menusukan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Ustmaniah.”
Setelah itu Mereka kembali datang menawarkan beberapa penawaran dan kesepakatan kompensasi sebagai berikut:
- Hadiah untuk sang Sultan pribadi sebanyak 150 juta Poundsterling.
- Pelunasan utang kesultanan sebanyak 33 juta Poundsterling.
- Dana pinjaman hibah tanpa bunga sebanyak 35 Poundsterling.
- Bantuan pembangunan Kapal Induk Perang senilai 120 Frank.
- Pendirian Universitas Ottoman di Palestina
Akan tetapi, tentu saja Sultan Abdul Hamid dan tidak ingin menemui Hazel lalu mengirim pesan kepadanya
“Palestina bukan milikku, bukan pula milik kesultanan Ottoman. Tanah Palestina milik kaum muslimin. Tanah itu direbut dan dipertahankan dengan genangan darah.
Meski terpotong-potong tubuhku, selama aku masih hidup, itu lebih ringan daripada Palestina terlepas dari kesultananku. Aku tidak akan berikan tanah Palestina kepada Yahudi , meski sejengkal tanah sekalipun!
Demi Allah aku bersumpah! Selama masih ada kesultanan Ottoman aku tidak akan mengizinkan orang Yahudi berada di Palestina . Kalian simpan saja uang kalian. Nanti jika Ottoman runtuh, boleh jadi kalian menguasai Palestina secara gratis. Pulanglah!”
Ketegasan Sultan Abdul Hamid ll adalah alasan utama tertundanya proyek Zionis global untuk membangun rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Karena ketegasannya itu, musuh-musuh islam tak henti-hentinya merongrong kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Pada masa pemerintahannya, ia harus berhadapan dengan manuver orang-orang Yahudi Dunamah yang ingin mendongkel kekuasaannya. Sejarawan telah membuktikan bahwa Sultan Abdul Hamid Il dengan tegas menolak tawaran Herzl. Di tahun 1909, Sultan Abdul Hamid ll akhirnya digulingkan melalui Revolusi Turki Muda. ‘Pencopotanku disebabkan karena aku bersikeras melarang Yahudi, sementara Yahudi bersikeras mendirikan tanah air mereka di atas tanah suci (Palestina),” tulis Sultan dalam catatan hariannya seperti dikutip dalam Buku Memoar Sultan Abdul Hamid I1. Kesempatan bagi para Zionis Internasional akhirnya mulai terbuka. Tahun 1914 Ottoman ikut Perang Dunia ke-1 dan mengalami kekalahan, wilayah Palestina akhirnya jatuh dan dikuasai Inggris.
Post a Comment for "Apa Itu Zionis | Sebuah Kajian Mendalam tentang Yahudi, Tujuan, & Kontroversi ditanah penuh sejarah"